Sejarah candi peninggalan hindhu-budha di jawa tengah
Candi Arjuna. Candi ini mirip dengan candi-candi
di komples Gedong Sanga. Berdenah dasar persegi dengan luas sekitar ukuran
sekitar 4 m2. Tubuh candi berdiri diatas batur setinggi sekitar 1 m. Di sisi
barat terdapat tangga menuju pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh candi.
Pintu candi dilengkapi dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar
sekitar 1 m dari tubuh candi. Di atas ambang pintu dihiasi dengan pahatan
Kalamakara.
Pada dinding luar sisi utara,
selatan dan barat terdapat susunan batu yang menjorok ke luar dinding,
membentuk bingkai sebuah relung tempat arca. Bagian depan bingkai relung
dihiasi dengan pahatan berpola kertas tempel. Bagian bawah bingkai dihiasi
sepasang kepala naga dengan mulut menganga. Di bagian atas bingkai terdapat
hiasan kalamakara tanpa rahang bawah. Pada dinding di kiri dan kanan
ambang pintu bangunan utara terdapat relung tempat meletakkan arca. Saat ini
kedua relung tersebut dalam keadaan kosong.
Pada dinding di sisi selatan, barat
dan utara terdapat relung tempat meletakkan arca. Ambang relung diberi bingkai
dengan hiasan pola kertas tempel dan Kalamakara di atasnya. Kaki bingkai
dihiasi dengan pahatan kepala naga dengan mulut menganga. Tepat di pertengahan
dinding di bawah relung terdapat jaladwara (saluran air).
Atap candi berbentuk kubus bersusun,
makin ke atas makin mengecil. Bagian atas dan puncak atap sudah hancur. Di
setiap sisi masing-masing kubus terdapat relung dan di setiap sudut terdapat
hiasan berbentuk seperti mahkota bulat berujung runcing. Sebagian besar hiasan
tersebut sudah rusak.
Di tengah ruangan di dalam tubuh
candi terdapat yang tampak seperti sebuah yoni. Di sudut luar, menempel pada
dinding belakang candi terdapat arca yang sudah rusak.
Candi Semar. Candi ini letaknya berhadapan
dengan Candi Arjuna. Denah dasarnya berbentuk persegi empat membujur arah
utara-selatan. Batur candi setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan. Tangga
menuju pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi terdapat di sisi timur. Pintu
masuk tidak dilengkapi bilik penampil. Ambang pintu diberi bingkai dengan
hiasan pola kertas tempel dan kepala naga di pangkalnya. Di atas ambang pintu
terdapat Kalamakara tanpa rahang bawah.
Pada dinding di kiri dan kanan pintu
terdapat lubang jendela kecil. Di dinding utara dan selatan tubuh candi
terdapat, masing-masing, dua lubang yang berfungsi sebagai jendela, sedangkan
di dinding barat (belakang) candi terdapat 3 buah lubang. Ruangan dalam tubuh
candi dalam keadaan kosong. Atap candi berbentuk limasan tanpa hiasan. Puncak
atap sudah hilang, sehingga tidak diketahui lagi bentuk aslinya. Konon Candi
Semar digunakan sebagai gudang untuk menyimpan senjata dan perlengkapan
pemujaan.
Candi Srikandi. Candi ini terletak di utara Candi
Arjuna. Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk kubus.
Di sisi timur terdapat tangga dengan bilik penampil.
Pada dinding utara terdapat pahatan
yang menggambarkan Wisnu, pada dinding timur menggambarkan Syiwa dan pada
dinding selatan menggambarkan Brahma. Sebagian besar pahatan tersebut sudah rusak.
Atap candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya.
Candi Sembadra. Batur candi setinggi sekitar 50 cm
dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar. Di pertengahan sisi selatan, timur
dan utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk relung seperti bilik
penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik
penampil. Adanya bilik penampil di sisi barat dan relung di ketiga sisi lainnya
membuat bentuk tubuh candi tampak seperti poligon. Di halaman terdapat batu
yang ditata sebagai jalan setapak menuju pintu.
Sepintas Candi Sembadra terlihat
seperti bangunan bertingkat, karena atapnya berbentuk kubus yang ukurannya
hampir sama besar dengan ukuran tubuhnya. Puncak atap sudah hancur, sehingga
tidak terlihat lagi bentuk aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung
kecil seperti tempat menaruh arca.
Candi Puntadewa. Seperti candi lainnya, ukuran Candi
Puntadewa tidak terlalu besar, namun candi ini tampak lebih tinggi. Tubuh candi
berdiri di atas batur bersusun setinggi sekitar 2,5 m. Tangga menuju pintu
masuk ke dalam ruang dalam tubuh candi dilengkapi pipi candi dan dibuat
bersusun dua, sesuai dengan batur candi.
Atap candi mirip dengan atap Candi
Sembadra, yaitu berbentuk kubus besar. Puncak atap juga sudah hancur, sehingga
tidak terlihat lagi bentuk aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung
kecil seperti tempat menaruh arca. Pintu dilengkapi dengan bilik penampil dan
diberi bingkai yang berhiaskan motif kertas tempel.
Ruang dalam tubuh candi sempit dan
kosong. Di ketiga sisi lainnya terdapat jendela yang bingkainya diberi hiasan
mirip dengan yang terdapat di pintu. Sekitar setengah meter di luar kaki candi
terdapat batu yang disusun berkeliling memagari kaki candi. Di depan candi
terdapat batu yang disusun berkeliling membentuk ruangan berbentuk bujur
sangkar. Di tengah ruangan terdapat dua buah susunan tumpukan dua buah batu
bulat yang puncaknya berujung runcing.
Di utara candi terdapat batu yang
disusun berkeliling membentuk ruangan berbentuk persegi panjang. Di tengah
ruangan terdapat dua buah batu berbentuk mirip tempayan yang lebar.
Kelompok Gatutkaca juga terdiri atas
5 candi, yaitu Candi Gatutkaca, Candi Setyaki, Candi Nakula, Candi Sadewa,
Candi Petruk dan Candi Gareng, namun saat ini yang masih dapat dilihat
bangunannya hanya Candi Gatutkaca. Keempat candi lainnya hanya tersisa tinggal
reruntuhannya saja.
Candi Gatutkaca. Batur candi setinggi sekitar 1 m
dibuat bersusun dua dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar. Di pertengahan
sisi selatan, timur dan utara terdapat bagian yang menjorok keluar, membentuk
relung seperti bilik penampil. Pintu masuk terletak di sisi barat dan,
dilengkapi dengan bilik penampil. Anak tangga di batur terlindung dalam dalam
bilik penampil.
Sepintas Candi Gatutkaca juga
terlihat seperti bangunan bertingkat, karena bentuk atapnya dibuat sama dengan
bentuk tubuh candi. Puncak atap sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi
bentuk aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung kecil seperti tempat
menaruh arca. Sekitar setengah meter di luar kaki candi terdapat batu yang
disusun berkeliling memagari kaki candi. Di halaman Kompleks Candi Gatutkaca
terdapat tumpukan batu reruntuhan keempat candi lain yang belum dapat disusun
kembali.
c. Kelompok Dwarawati
Kelompok Dwarawati terdiri atas 4
candi, yaitu Candi Dwarawati, Candi Abiyasa, Candi Pandu, dan Candi
Margasari. Akan tetapi, saat ini yang berada dalam kondisi relatif utuh
hanya satu candi, yaitu Candi Dwarawati.
Candi Dwarawati. Bentuk Candi Dwarawati mirip dengan
Candi Gatutkaca, yaitu berdenah dasar segi empat dengan penampil di keempat
sisinya. Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi sekitar 50 cm. Tangga dan
pintu masuk, yang terletak di sisi barat, saat ini dalam keadaan polos tanpa
pahatan.
Pada pertengahan dinding tubuh candi
di sisi utara, timur dan selatan terdapat semacam bilik penampil yang menjorok
keluar membentuk relung tempat meletakkan arca. Bagian atas relung melengkung
dan meruncing pada puncaknya. Ambang relung dihiasi pahatan bermotif bunga yang
sederhana. Demikian juga sisi atas dinding bilik penampil. Ketiga relung pada
dinding tubuh candi tersebut saat ini dalam keadaan kosong tanpa arca.
Sepintas candi ini juga terlihat
seperti bangunan bertingkat, karena bentuk atapnya dibuat sama dengan bentuk
tubuh candi. Di keempat sisi atap terdapat relung tempat meletakkan arca. Saat
ini, relung-relung tersebut juga dalam keadaan kosong. Puncak atap sudah tak
tersisa lagi sehingga tidak diketahui bentuk aslinya. Di halaman depan candi
terdapat susunan batu yang mirip sebuah lingga dan yoni.
d. Candi Bima
Candi Bima terletak menyendiri di
atas bukit. Candi ini merupakan bangunan terbesar di antara kumpulan Candi
Dieng. Bentuknya berbeda dari candi-candi di Jawa tengah pada umumnya. Kaki
candi mempunyai denah dasar bujur sangkar, namun karena di setiap sisi terdapat
penampil yang agak menonjol keluar, maka seolah-olah denah dasar Candi Bima
berbentuk segi delapan.
Penampil di bagian depan menjorok sekitar 1,5 m,
berfungsi sebagai bilik penampil menuju ruang utama dalam tubuh candi. Penampil
di ketiga sisi lainnya membentuk relung tempat meletakkan arca. Saat ini
semuanya dalam keadaan kosong. Tak satupun arca yang masih tersisa.
No comments:
Post a Comment